Cara Mendapatkan Rumah Di Surga! Cekidot!!!
Cara Mendapatkan Rumah Di Surga
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Tag:
booking
rumah mewah di surga dengan amalan ini sekarang juga, amalan berpahala rumah di
surga, pesan rumah di surga, istana di surga, rumah di surga, cara mendapatkan
rumah di surga, islam, kajian islam, surga
Sodara
seiman, siapa yang ingin memiliki rumah di kampung akhirat bernama surga? Hmm...
Pasti semua ingin yah? Tempat di mana kita akan kembali dan abadi di sana.
Berikut ini ada beberapa amalan yang jika kita amalkan maka Allah akan
membangunkan rumah untuk kita di surga. Lalu apa saja amalannya?
Ini
dia ulasannya ....
Pertama: Membangun masjid dengan ikhlas
karena Allah
Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu
‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
yang artinya,
مَنْ
بَنَى مَسْجِدًا لِلَّهِ كَمَفْحَصِ قَطَاةٍ أَوْ أَصْغَرَ بَنَى اللَّهُ لَهُ
بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ
“Siapa yang membangun masjid karena
Allah walaupun hanya selubang tempat burung bertelur atau lebih kecil, maka
Allah bangunkan baginya (rumah) seperti itu pula di surga.” (HR. Ibnu
Majah, no. 738. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)
Mafhash qathaah dalam hadits artinya lubang yang dipakai burung menaruh telurnya dan
menderum di tempat tesebut. Dan qathah adalah sejenis burung.
Hadits tentang keutamaan membangun
masjid juga disebutkan dari ‘Utsman bin ‘Affan RA. Di masa Utsman yaitu tahun
30 Hijriyah hingga khilafah beliau berakhir karena terbunuhnya beliau,
dibangunlah masjid Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Utsman
katakan kepada mereka yang membangun sebagai bentuk pengingkaran bahwa mereka
terlalu bermegah-megahan. Lalu Utsman membawakan sabda Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam yang artinya,
مَنْ
بَنَى مَسْجِدًا لِلَّهِ بَنَى اللَّهُ لَهُ فِى الْجَنَّةِ مِثْلَهُ
“Siapa yang membangun masjid karena
Allah, maka Allah akan membangun baginya semisal itu di surga.” (HR.
Bukhari, no. 450; Muslim, no. 533).
Di dalam kitab Syarah Shahih Muslim,
Imam An-Nawawi rahimahullah berkata, maksud akan dibangun baginya
semisal itu di surga ada dua tafsiran:
1- Allah akan membangunkan semisal itu
dengan bangunan yang disebut bait (rumah). Namun sifatnya
dalam hal luasnya dan lainnya, tentu punya keutamaan tersendiri. Bangunan di
surga tentu tidak pernah dilihat oleh mata, tak pernah didengar oleh telinga,
dan tak pernah terbetik dalam hati akan keindahannya.
2- Keutamaan bangunan yang diperoleh di
surga dibanding dengan rumah di surga lainnya adalah seperti keutamaan masjid
di dunia dibanding dengan rumah-rumah di dunia. (Syarh Shahih Muslim, 5:
14)
Kedua: Membaca surat Al-Ikhlas sepuluh kali
Dari Mu’adz Bin Anas Al-Juhaniy Radhiyallahu
‘Anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda yang artinya,
مَنْ
قَرَأَ (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ) حَتَّى يَخْتِمَهَا عَشْرَ مَرَّاتٍ بَنَى
اللَّهُ لَهُ قَصْراً فِى الْجَنَّةِ
“Siapa yang membaca qul huwallahu
ahad sampai ia merampungkannya (surat Al-Ikhlas, pen.) sebanyak sepuluh kali,
maka akan dibangunkan baginya rumah di surga.” (HR. Ahmad, 3: 437. Syaikh
Al-Albani dalam Ash-Shahihah mengatakan bahwa hadits ini hasan dengan
berbagai penguat)
Ketiga: Mengerjakan shalat dhuha empat
raka’at Dan Shalat Sebelum Zhuhur Empat Raka’at
Dari Abu Musa Radhiyallahu ‘Anhu,
ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
yang artinya,
مَنْ
صَلَّى الضُّحَى أَرْبَعًا، وَقَبْلَ الأُولَى أَرْبَعًا بنيَ لَهُ بِهَا بَيْتٌ
فِي الْجَنَّةِ
“Siapa yang shalat Dhuha empat
raka’at dan shalat sebelum Zhuhur empat raka’at, maka dibangunkan baginya rumah
di surga.” (HR. Ath-Thabrani dalam Al-Awsath. Dalam Ash-Shahihah no. 2349
disebutkan oleh Syaikh Al-Albani bahwa hadits ini hasan)
Keempat: Mengerjakan 12 Raka’at Shalat
Rawatib Dalam Sehari Semalam
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan
oleh Imam Muslim, Dari Ummu Habibah –istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam-, Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda
yang artinya,
مَنْ
صَلَّى اثْنَتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِى يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِىَ لَهُ بِهِنَّ
بَيْتٌ فِى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa mengerjakan shalat sunnah
dalam sehari-semalam sebanyak 12 raka’at, maka karena sebab amalan tersebut, ia
akan dibangunkan sebuah rumah di surga.” (HR.
Muslim, no. 728)
Shalat sunnah rawatib adalah sholat
sunnah yang dikerjakan sebelum dan sesudah sholat fardhu.
Sholat sunnah rawatib yang dikerjakan
sebelum sholat fardhu disebut dengan Sholat Sunnah Qobliyiyah. Sedangkan sholat
sunnah rawatib yang dikerjakan setelah sholat fardhu disebut dengan Sholat
Sunnah Ba’diyah.
Adapun mengenai penjelasan tentang
jumlah rakaat sholat sunnah rawatib, disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan
oleh Ath-Thirmidzi, Ibnu Majah dan An-Nasa’i
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya,
مَنْ
ثَابَرَ عَلَى ثِنْتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً مِنَ السُّنَّةِ بَنَى اللَّهُ لَهُ
بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ
بَعْدَهَا وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ
وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْفَجْرِ
“Barangsiapa merutinkan shalat sunnah
dua belas raka’at dalam sehari, maka Allah akan membangunkan baginya sebuah
rumah di surga. Dua belas raka’at tersebut adalah empat raka’at sebelum
zhuhur, dua raka’at sesudah zhuhur, dua raka’at sesudah maghrib, dua raka’at
sesudah ‘Isya, dan dua raka’at sebelum shubuh.” (HR. Tirmidzi, no. 414;
Ibnu Majah, no. 1140; dan An-Nasa’i, no. 1795. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan
bahwa hadits ini hasan)
Kelima: Meninggalkan Perdebatan dan Dusta
Dari Abu Umamah RA, ia berkata, Rasulullah saw.
Bersabda yang artinya, “Aku akan menjamin rumah di tepi surga bagi seseorang
yang meninggalkan perdebatan meskipun benar. Aku juga menjamin rumah di tengah
surga bagi seseorang yang meninggalkan kedustaan meskipun bersifat gurau. Dan
aku juga menjamin rumah di surga yang paling tinggi bagi seseorang yang
berakhlak baik.” (HR Abu Dawud).
Ketujuh: Berakhlak Mulia
Dari Abu Umamah radhiyallahu
‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda yang artinya,
أَنَا
زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِى رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ
مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِى وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ
مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِى أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ
“Aku memberikan jaminan rumah di
pinggiran surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan walaupun dia orang yang
benar. Aku memberikan jaminan rumah di tengah surga bagi orang yang
meninggalkan kedustaan walaupun dalam bentuk candaan. Aku memberikan jaminan
rumah di surga yang tinggi bagi orang yang bagus akhlaknya.” (HR. Abu Daud,
no. 4800. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)
Kedelapan: Mengucapkan Kalimat Hamdalah Dan
Istirja’ (inna ilaihi wa innaa ilaihi raaji’’un) ketika anak kita wafat
Dari Abu Musa Al-Asy’ari Radhiyallahu
‘Anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda yang artinya,
إِذَا
مَاتَ وَلَدُ الْعَبْدِ قَالَ اللَّهُ لِمَلاَئِكَتِهِ قَبَضْتُمْ وَلَدَ عَبْدِى.
فَيَقُولُونَ نَعَمْ. فَيَقُولُ قَبَضْتُمْ ثَمَرَةَ فُؤَادِهِ. فَيَقُولُونَ
نَعَمْ. فَيَقُولُ مَاذَا قَالَ عَبْدِى فَيَقُولُونَ حَمِدَكَ وَاسْتَرْجَعَ.
فَيَقُولُ اللَّهُ ابْنُوا لِعَبْدِى بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ وَسَمُّوهُ بَيْتَ
الْحَمْدِ
“Apabila anak seorang hamba meninggal
dunia, Allah berfirman kepada malaikat-Nya, “Kalian telah mencabut nyawa anak
hamba-Ku?” Mereka berkata, “Benar.” Allah berfirman, “Kalian telah mencabut
nyawa buah hatinya?” Mereka menjawab, “Benar.” Allah berfirman, “Apa yang
diucapkan oleh hamba-Ku saat itu?” Mereka berkata, “Ia memujimu dan mengucapkan
istirja’ (innaa lilaahi wa innaa ilaihi raaji’uun).” Allah berfirman,
“Bangunkan untuk hamba-Ku di surga, dan namai ia dengan nama baitul hamdi
(rumah pujian).” (HR. Tirmidzi, no. 1021; Ahmad, 4: 415. Syaikh Al-Albani
mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Kesembilan: Membaca doa masuk pasar
Dari Salim bin ‘Abdillah bin ‘Umar, dari
bapaknya Ibnu ‘Umar, dari kakeknya (‘Umar bin Al-Khattab), ia berkata bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya,
مَنْ دَخَلَ السُّوقَ فَقَالَ
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيكُ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِى وَيُمِيتُ
وَهُوَ حَىٌّ لاَ يَمُوتُ بِيَدِهِ الْخَيْرُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
كَتَبَ اللَّهُ لَهُ
أَلْفَ أَلْفِ حَسَنَةٍ وَمَحَا عَنْهُ أَلْفَ أَلْفِ سَيِّئَةٍ وَرَفَعَ لَهُ
أَلْفَ أَلْفِ دَرَجَةٍ
“Siapa
yang masuk pasar lalu mengucapkan, “Laa ilaaha illallah wahdahu laa syariika
lahu, lahul mulku walahul hamdu yuhyii wayumiit wa huwa hayyun laa yamuut
biyadihil khoir wahuwa ‘alaa kulli syain qodiir (tidak ada sesembahan yang
berhak disembah selain Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah yang memiliki
kekuasaan dan segala pujian untuk-Nya.”
Allah akan menuliskan untuknya sejuta
kebaikan, menghapus darinya sejuta kejelekan, mengangkat untuknya sejuta derajat,
dan membangunkan untuknya sebuah rumah di surga.” (HR. Ath-Tirmidzi, no. 3428. Al-Hafizh Abu Thahir
mengatakan bahwa sanad hadits ini dha’if).
Dalam riwayat lain disebutkan, dari Ibnu
‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda yang artinya,
مَنْ دَخَلَ السُّوْقَ فَبَاعَ فِيْهَا وَاشْتَرَى ، فَقَالَ :
لاَ إِلَه َإِلاَّ اللهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ ، لَهُ الملْكُ ، وَلَهُ الحَمْدُ ، يُحْيِي
وَيُمِيْتُ ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْر ، كَتَبَ اللهُ لَهُ أَلْفَ
أَلْفِ حَسَنَةٍ ، وَمَحَا عَنْهُ أَلْفَ أَلْفِ سَيِّئَةٍ ، وَبَنَى لَهُ بَيْتًا
فِي الجَنَّةِ
“Siapa yang memasuki pasar lalu ia
melakukan jual beli di dalamnya, lantas mengucapkan: Laa ilaha illallah wahdahu
laa syarika lah, lahul mulku wa lahul hamdu, yuhyi wa yumiit wa huwa ‘ala kulli
syai’in qadir; maka Allah akan mencatat baginya sejuta kebaikan, akan menghapus
darinya sejuta kejelekan dan akan membangunkan baginya rumah di surga.”
(HR. Al-Hakim dalam Mustadrak, 1: 722)
Meskipun riwayatnya dha’if atau
lemah namun karena kita diperintahkan berdzikir ketika orang itu lalai seperti
kala di pasar, maka dzikir di atas masih boleh diamalkan.
Di dalam kitab Majmu’ Al-Fatawa, Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata yang artinya,
“إذا
تضمنت أحاديث الفضائل الضعيفة تقديراً وتحديداً ؛ مثل صلاة في وقت معين ، بقراءة
معينة ، أو على صفة معينة ؛ لم يجز ذلك – أي العمل بها – لأن استحباب هذا الوصف
المعين لم يثبت بدليل شرعي ، بخلاف ما لو روي فيه : (مَن دخل السوق فقال : لا إله
إلا الله كان له كذا وكذا) فإن ذكر الله في السوق مستحب ، لما فيه من ذكر الله بين
الغافلين ، فأما تقدير الثواب المروي فيه فلا يضر ثبوته ولا عدم ثبوته
“Jika suatu hadits yang
menerangkan fadhilah atau keutamaan suatu amalan dari sisi
jumlah atau pembatasan tertentu seperti shalat di waktu tertentu, membaca
bacaan tertentu, atau ada tata cara tertentu, tidak boleh diamalkan jika haditsnya
berasal dari hadits dha’if. Karena menetapkan tata cara yang khusus dalam
ibadah haruslah ditetapkan dengan dalil.
Adapun mengenai doa masuk pasar yaitu
haditsnya berbunyi, siapa yang masuk pasar lantas membaca laa ilaha
illallah dan seterusnya, maka perlu dipahami bahwa secara umum
berdzikir ketika masuk pasar itu disunnahkan. Karena kita diperintahkan
berdzikir saat orang-orang itu lalai. Besarnya pahala yang disebutkan dalam
hadits tersebut (hingga disebutkan sejuta, pen.) tidaklah menimbulkan problema
ketika bacaan tersebut diamalkan, baik nantinya hadits tersebut dihukumi shahih
ataukah tidak. ” (Majmu’ Al-Fatawa, 18: 67)
Dalil umum yang memerintahkan kita
banyak dzikir termasuk di pasar adalah hadits dari ‘Abdullah bin Busr, ia
berkata yang artinya,
جَاءَ
أَعْرَابِيَّانِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ أَحَدُهُمَا
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ خَيْرٌ قَالَ « مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ
عَمَلُهُ ». وَقَالَ الآخَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ شَرَائِعَ الإِسْلاَمِ قَدْ
كَثُرَتْ عَلَىَّ فَمُرْنِى بِأَمْرٍ أَتَشَبَّثُ بِهِ. فَقَالَ لاَ يَزَالُ
لِسَانُكَ رَطْباً مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
“Ada dua orang Arab (badui)
mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lantas salah satu dari
mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, manusia bagaimanakah yang baik?” “Yang
panjang umurnya dan baik amalannya,” jawab beliau. Salah satunya lagi bertanya,
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya syari’at Islam amat banyak. Perintahkanlah
padaku suatu amalan yang bisa kubergantung padanya.” “Hendaklah lisanmu selalu
basah untuk berdzikir pada Allah,” jawab beliau shallallahu’alaihi wa sallam.
(HR. Ahmad 4: 188, sanad shahih kata Syaikh Syu’aib Al-Arnauth).
Hadits ini menunjukkan bahwa dzikir itu
dilakukan setiap saat, bukan hanya di masjid, sampai di sekitar orang-orang
yang lalai dari dzikir, kita pun diperintahkan untuk tetap berdzikir.
Abu ‘Ubaidah bin ‘Abdullah bin Mas’ud
berkata, “Ketika hati seseorang terus berdzikir pada Allah maka ia seperti
berada dalam shalat. Jika ia berada di pasar lalu ia menggerakkan kedua
bibirnya untuk berdzikir, maka itu lebih baik.” (Lihat Jami’ Al-‘Ulum
wa Al-Hikam, 2: 524)
Kesepuluh: Menutup Celah Dalam Shaf Shalat
Dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya,
مَنْ
سَدَّ فُرْجَةً بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي الجَنَّةِ وَرَفَعَهُ بِهَا دَرَجَةً
“Barang siapa yang menutupi suatu
celah (dalam shaf), niscaya Allah akan mengangkat derajatnya karena hal
tersebut dan akan dibangunkan untuknya sebuah rumah di dalam surga.” (HR.
Al-Muhamili dalam Al-Amali, 2: 36. Disebutkan dalam Ash-Shahihah,
no. 1892)
Kesebelas: Beriman Pada Nabi Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam
Dari Fadhalah Bin ‘Ubaid Radhiyallahu
‘Anhu, ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
yang artinya,
أَنَا
زَعِيمٌ وَالزَّعِيمُ الْحَمِيلُ لِمَنْ آمَنَ بِي وَأَسْلَمَ وَهَاجَرَ بِبَيْتٍ
فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ وَأَنَا زَعِيمٌ لِمَنْ
آمَنَ بِي وَأَسْلَمَ وَجَاهَدَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ
الْجَنَّةِ وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى غُرَفِ
الْجَنَّةِ مَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَلَمْ يَدَعْ لِلْخَيْرِ مَطْلَبًا وَلَا مِنْ
الشَّرِّ مَهْرَبًا يَمُوتُ حَيْثُ شَاءَ أَنْ يَمُوتَ
“Aku menjamin orang yang beriman kepadaku,
masuk islam dan berhijrah dengan sebuah rumah di pinggir surga, di tengah
surga, dan surga yang paling tingggi. Aku menjamin orang yang beriman kepadaku,
masuk islam dan berjihad dengan rumah di pinggir surga, di tengah surga dan di
surga yang paling tinggi. Barangsiapa yang melakukan itu, maka ia tidak
membiarkan satu pun kebaikan, dan ia lari dari setiap keburukan, ia pun akan
meninggal, di mana saja Allah kehendaki untuk meninggal.” (HR. An-Nasa’i,
no. 3135. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)
Moga kita dimudahkan mendapatkan
kaveling rumah atau istana di surga. Hanya Allah yang memberi taufik dan
hidayah.
Nah sodara seiman, itulah beberapa
amalan yang berhadiah rumah di dalam surga. Semoga ada kebaikan dari video ini